Langsung ke konten utama

SEMUA BAIK-BAIK SAJA, KAMU SUDAH MELAKUKAN YANG TERBAIK

PERTANYAAN TEMATIK KELAS TIGA SD

Si Sulung seperti biasa selama belajar di rumah saja karena pandemi ini selalu ada jadwal rutin berantem (Ehhh hahaha) belajar sama mamanya. Suatu hari saat menjawab buku tematik, ada satu pertanyaan yang sedikit menggelitik.

Apa sikap kita jika ada teman yang bersikap tidak mau bersyukur pada diri sendiri?
Jawaban si Sulung adalah menasihatinya yaa Mah, agar selalu bersikap baik dan penuh syukur.

Berhubung diriku menyesuaikan jawaban dengan pemahaman si Sulung, maka kuiyakan saja jawabannya. padahal dalam hatiku justru menolak jawaban tersebut. 
Ada banyak hal yang menyebabkan seseorang bersikap tidak bersyukur. Pertama bisa jadi orang tersebut adalah kategori orang yang memang tidak pernah bersyukur akan banyak hal dan kedua dia sedang tertimpa musibah yang menyebabkannya berpikir serba pesimis dan tidak percaya diri terhadap dirinya.

Apabila kondisinya adalah yang kedua, tentu menasihati bukanlah hal tepat. Kelak Si Sulung akan berada pada usia semakin dewasa, ia akan menghadapi berbagai hal yang kompleks banget.

Pertanyaan seperti ini jika disampaikan pada kita yang sudah dewasa akan jadi pertanyaan yang sangat abstrak jawabannya. Seringkali orang-orang menghadapi masalahnya sendiri dan ceritanya sendiri. Mungkin dia bukannya tidak bersyukur, tapi sedang berada dalam tahapan berproses mencerna kondisi yang tengah terjadi padanya.

Ada dua tahap yang akan dilewati seseorang ketika terjadi sebuah masalah dalam hidupnya. Pertama melalui tahap IGNORE alias tidak terima akan musibah yang menimpanya, lalu kedua adalah tahap ACCEPTANCE atau tahap penerimaan.

Ketika berada di tahap IGNORE ini biasanya selepas sholat seseorang bukannya berdoa memohon ampun, namun ia menuntut Sang Maha Kuasa. Ia melampiaskan amarah padaNya. "Kenapa ini semua harus terjadi padaku?? Apa dosaku??" (Ya jelas banyak banget dosa kita)

Jadi kalau ada orang yang sedang "bersikap negatif" sebagai respon sementara atas musibah yang terjadi padanya. Biasanya ia tidak akan membutuhkan nasihat panjang apalagi pernyataan yang memojokkannya. Misal kita sedang melayat dan pemilik rumah sedang menangis hebat karena bersedih. Lalu kita dengan entengnya bilang gini, "Sudah jangan menangis, malah kasian yang sudah nggak ada kalau ditangisi seperti ini."
Mungkin ungkapan di atas seperti sedang menenangkan, namun coba kalau kita berada di posisi yang sedang berduka? Tentu wajar sekali baginya untuk menangisi seseorang yang dikasihinya dan tentu saja wajar jika selala beberapa waktu ia belum mampu menerima kepergian tersebut. Butuh proses untuk menerimanya.

Cukup beri supportive words aja:
"Gwenchana...its okay...Tidak apa-apa...Semuanya baik-baik saja...Kamu sudah melakukan yang terbaik...

Kalau kata anak senja yang suka bikin quote menyentuh di instagram "Istirahatlah sejenak wahai jiwa-jiwa yang rapuh, beri jeda sejenak pada jiwamu yang resah."

Salam sayang dari Anak Kesiangan (temen mainnya anak senja wkwk)

Coretan Rizka

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bayangan dalam Cermin

Kulihat sesosok yang darinya tak ada yang lebih besar Selain nafsu dan serakahnya Kulihat sesosok yang darinya tak ada yang lebih miskin Selain ilmunya Kulihat sesosok yang darinya tak ada yang lebih tinggi Selain kesombongannya Kulihat sesosok yang darinya tak ada yang lebih ciut Selain nyalinya untuk bangkit Kulihat sesosok yang darinya tak ada yang lebih kuat Selain penjara pikiran akan masa lalu yang melemahkannya Kulihat sosok itu memandangku nanar saat diri ini bercermin *Rizka* 1 Ramadhan 6 Mei 2019  

MENJEMPUT HIDAYAH

  Ini lagi ngomongin diri sendiri Saya pernah merasakan Yaa Allah buka Alquran berat banget. Punya anak satu pernah gabung di grup One Day One Juz (ODOJ). Awal-awal baca lancar sekali dan laporan sehari baca satu juz. Lama-lama imanku kayak roller coaster lagi turun tebing. Akhirnya off ODOJ (jangan ditiru yaaa) Lalu merasa butuh gabung di komunitas yang mendorong baca Alquran. Akhirnya gabung lagi...tapi yang ODALF alias only a half juz a day . Ceritanya masih sama, awal-awal manis banget laporan selalu on time , lama kelamaan ngos-ngosan lagi. Alasan pembenaranku waktu itu karena ada bayi. Si bungsu baru lahir. Mbak Admin ODALFnya baik banget (atau mungkin dia tahu kapasitasku?). Aku ditawari turun kelas. Masuk di grup One Day One Ayat. Alhamdulilah masih bertahan di situ. Dari sini aku memaknai bahwa ibadah itu kudu dipaksa. Kudu ngoyo. Hidayahnya dijemput, bukan diem bae. Bisa dengan gabung di grup-grup yang saling menyemangati. Salam Sayang Coretan Rizka