Langsung ke konten utama

CINDERELLA DAN PETERPAN SYNDROM (PART 1)

 

Peter Pan tak bisa terus bersama dengan Cinderella, sebab Peter Pan tidak mau dewasa dan mengikat diri dalam pernikahan, sedangkan Cinderella sangat ingin dinikahi agar bisa bahagia untuk selama-lamanya. (https://tirto.id/)

Peter Pan dan Ciderella memang berada di kisah dongeng yang berbeda, mana mungkin bisa bersatu?
Tulisan ini bukan membahas dua tokoh dongeng tersebut, namun tentang syndrom Peter Pan dan Cinderella Complex. Sindrom yang mungkin dialami oleh banyak di antara kita. Percaya atau tidak, sindrom ini adalah salah satu pemicu tertinggi perceraian.

Peter Pan adalah laki-laki yang enggan tumbuh dewasa. Ia menolak memikul tanggung jawab, egois dan selalu ingin bebas. Sebaliknya Ciderella adalah wanita yang sangat ingin hidup bahagia selama-lamanya dengan menikahi seorang Prince Charming berkuda putih yang ganteng kaya agar hidupnya bahagia. Poinnya adalah Cinderellah Complex dan Peter Pan syndrom ini sama-sama keengganan dari laki-laki maupun perempuan untuk tumbuh dewasa?

Bagaimana hal ini dapat tumbuh dalam diri anak-anak? Jawabannya adalah dari pola asuh yang kelirulah yang menjadi pencetus munculnya kedua sindrom ini. Aaahhh sungguh berat tanggung jawab sebagai orang tua rupanya.

Pola asuh yang memperlakukan anak-anak seperti raja dan ratu alias menuruti semua keinginan anak akan menjadi pemicu utama sindrom ini. Anak-anak akan tumbuh dewasa secara fisik, namun mentalnya tidak berkembang layaknya manusia dewasa. Bahkan mereka akan tumbuh dengan rasa ketakutan tumbuh dewasa dan mmenerima tanggung jawab lebih besar.

Beberapa hal yang bisa dilakukan dalam proses pengasuhan agar mencegah munculnya sindrom ini adalah membiasakan anak untuk mengambil keputusan dan mengajak mereka berdiskusi serta menghargai pemikiran mereka. Misal saat hendak bepergian, kita ajak diskusi anak untuk menentukan akan pergi kemana. Seandainya anak menginginkan pergi ke pantai, tanya kembali padanya, barang apa yang perlu kita siapkan untuk pergi ke pantai. 

Hal lainnya misal anak akan melakukan sesuatu yang berbahaya, tanyakan pada anak,"Kalau kamu melakukan ini apa akibatnya?"

Bisa juga kita ajak anak bekerja sama, misal dengan mengatakan,"Mama akan membersihkan kamar Kakak. Apakah Kakak mau bantu mama menata pakaian dan bukunya?"

Salam sayang dari Mama Citta-Prabu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bayangan dalam Cermin

Kulihat sesosok yang darinya tak ada yang lebih besar Selain nafsu dan serakahnya Kulihat sesosok yang darinya tak ada yang lebih miskin Selain ilmunya Kulihat sesosok yang darinya tak ada yang lebih tinggi Selain kesombongannya Kulihat sesosok yang darinya tak ada yang lebih ciut Selain nyalinya untuk bangkit Kulihat sesosok yang darinya tak ada yang lebih kuat Selain penjara pikiran akan masa lalu yang melemahkannya Kulihat sosok itu memandangku nanar saat diri ini bercermin *Rizka* 1 Ramadhan 6 Mei 2019  

MENJEMPUT HIDAYAH

  Ini lagi ngomongin diri sendiri Saya pernah merasakan Yaa Allah buka Alquran berat banget. Punya anak satu pernah gabung di grup One Day One Juz (ODOJ). Awal-awal baca lancar sekali dan laporan sehari baca satu juz. Lama-lama imanku kayak roller coaster lagi turun tebing. Akhirnya off ODOJ (jangan ditiru yaaa) Lalu merasa butuh gabung di komunitas yang mendorong baca Alquran. Akhirnya gabung lagi...tapi yang ODALF alias only a half juz a day . Ceritanya masih sama, awal-awal manis banget laporan selalu on time , lama kelamaan ngos-ngosan lagi. Alasan pembenaranku waktu itu karena ada bayi. Si bungsu baru lahir. Mbak Admin ODALFnya baik banget (atau mungkin dia tahu kapasitasku?). Aku ditawari turun kelas. Masuk di grup One Day One Ayat. Alhamdulilah masih bertahan di situ. Dari sini aku memaknai bahwa ibadah itu kudu dipaksa. Kudu ngoyo. Hidayahnya dijemput, bukan diem bae. Bisa dengan gabung di grup-grup yang saling menyemangati. Salam Sayang Coretan Rizka

SEMUA BAIK-BAIK SAJA, KAMU SUDAH MELAKUKAN YANG TERBAIK

PERTANYAAN TEMATIK KELAS TIGA SD Si Sulung seperti biasa selama belajar di rumah saja karena pandemi ini selalu ada jadwal rutin berantem (Ehhh hahaha) belajar sama mamanya. Suatu hari saat menjawab buku tematik, ada satu pertanyaan yang sedikit menggelitik. Apa sikap kita jika ada teman yang bersikap tidak mau bersyukur pada diri sendiri? Jawaban si Sulung adalah menasihatinya yaa Mah, agar selalu bersikap baik dan penuh syukur. Berhubung diriku menyesuaikan jawaban dengan pemahaman si Sulung, maka kuiyakan saja jawabannya. padahal dalam hatiku justru menolak jawaban tersebut.  Ada banyak hal yang menyebabkan seseorang bersikap tidak bersyukur. Pertama bisa jadi orang tersebut adalah kategori orang yang memang tidak pernah bersyukur akan banyak hal dan kedua dia sedang tertimpa musibah yang menyebabkannya berpikir serba pesimis dan tidak percaya diri terhadap dirinya. Apabila kondisinya adalah yang kedua, tentu menasihati bukanlah hal tepat. Kelak Si Sulung akan berada pada usia s...