Peter Pan tak bisa terus bersama dengan Cinderella, sebab Peter Pan tidak mau dewasa dan mengikat diri dalam pernikahan, sedangkan Cinderella sangat ingin dinikahi agar bisa bahagia untuk selama-lamanya. (https://tirto.id/)
Peter Pan dan Ciderella memang berada di kisah dongeng yang berbeda, mana mungkin bisa bersatu?
Tulisan ini bukan membahas dua tokoh dongeng tersebut, namun tentang syndrom Peter Pan dan Cinderella Complex. Sindrom yang mungkin dialami oleh banyak di antara kita. Percaya atau tidak, sindrom ini adalah salah satu pemicu tertinggi perceraian.
Peter Pan adalah laki-laki yang enggan tumbuh dewasa. Ia menolak memikul tanggung jawab, egois dan selalu ingin bebas. Sebaliknya Ciderella adalah wanita yang sangat ingin hidup bahagia selama-lamanya dengan menikahi seorang Prince Charming berkuda putih yang ganteng kaya agar hidupnya bahagia. Poinnya adalah Cinderellah Complex dan Peter Pan syndrom ini sama-sama keengganan dari laki-laki maupun perempuan untuk tumbuh dewasa?
Bagaimana hal ini dapat tumbuh dalam diri anak-anak? Jawabannya adalah dari pola asuh yang kelirulah yang menjadi pencetus munculnya kedua sindrom ini. Aaahhh sungguh berat tanggung jawab sebagai orang tua rupanya.
Pola asuh yang memperlakukan anak-anak seperti raja dan ratu alias menuruti semua keinginan anak akan menjadi pemicu utama sindrom ini. Anak-anak akan tumbuh dewasa secara fisik, namun mentalnya tidak berkembang layaknya manusia dewasa. Bahkan mereka akan tumbuh dengan rasa ketakutan tumbuh dewasa dan mmenerima tanggung jawab lebih besar.
Beberapa hal yang bisa dilakukan dalam proses pengasuhan agar mencegah munculnya sindrom ini adalah membiasakan anak untuk mengambil keputusan dan mengajak mereka berdiskusi serta menghargai pemikiran mereka. Misal saat hendak bepergian, kita ajak diskusi anak untuk menentukan akan pergi kemana. Seandainya anak menginginkan pergi ke pantai, tanya kembali padanya, barang apa yang perlu kita siapkan untuk pergi ke pantai.
Hal lainnya misal anak akan melakukan sesuatu yang berbahaya, tanyakan pada anak,"Kalau kamu melakukan ini apa akibatnya?"
Bisa juga kita ajak anak bekerja sama, misal dengan mengatakan,"Mama akan membersihkan kamar Kakak. Apakah Kakak mau bantu mama menata pakaian dan bukunya?"
Salam sayang dari Mama Citta-Prabu
Komentar
Posting Komentar
Komentar yang baik-baik, karena tulisanmu adalah cerminan dirimu
(Saya berhak menghapus komentar jahat, berbau SARA dan pornografi)