Langsung ke konten utama

KEBIASAAN ORANG TUA YANG MENGHASILKAN PERILAKU BURUK PADA ANAK


Menjadi orang tua tidak cukup hanya memberikan mereka makanan bergizi dan memilihkan sekolah terbaik. Tanggung jawab orang tua sebagai "sekolah pertama" anak sangat berat. Kesalahan pola asuh akan sangat berpengaruh pada perilaku anak. Diringkas dari buku Ayah Edy yang berjudul Mengapa Anak saya Suka Melawan dan Sudah diatur berikut ini adalah beberapa kebiasaan orang tua yang menghasilkan perilaku buruk pada anak:

👉Raja Tak Pernah Salah
Saat si kecil terjatuh atau menabrak meja, orang tua langsung bereaksi: "Mejanya nakal ya?? Udah bikin adek jatuh." Sambil memukul meja tersebut. Sikap seperti ini akan terbawa hingga anak dewasa. Kelak di kemudian hari, apapun yang terjadi dalam hidup si anak, maka yang salah bukanlah dia, melainkan orang atau benda lain. Seharusnya saat anak jatuh reaksi kita adalah sambil mengusap bagian yang sakit, kita sampaikan ke anak kita "Lain kali lebih hati-hati ya sayang." 

👉Berbohong Kecil
Tanpa disadari orang tua sering berbohong untuk menghindari keinginan anak. Sebaiknya beri pengertian pada anak kenapa keinginannya tidak dapat terwujud.

👉Banyak Mengancam
"Jangan ganggu adiknya, nani mama dan papa marah!" 
Kita berbicara dengan nada tinggi, tanpa menoleh dan tetap melanjutkan aktivitas. 
Seharusnya kita posisikan badan sejajar dengan anak, katakan dengan lembut dan tegas "Sayang, yang rukun yaa dengan adik. Main sama-sama yaa."

👉Berbicara tidak tepat Sasaran
"Mama dan Papa tidak suka kalau kakak begini/begitu."
Berbicara seperti itu namun tidak disertai dengan penjelasan rinci hal apa yang kita tidak suka dari sikap anak dan sebaiknya tindakan baik apa yang harus dilakukan anak.

👉Menekankan pada Hal yang Salah
Orang tua akan segera bertindak saat kakak dan adik bertengkar ketika bermain. Kaka dan adik akan dimarahi di tengah pertengkaran, namun mereka abai saat kedua bermain dengan rukun. Orang tua tidak memberikan respon atau sekedar menyapa saat keduanya bermain dengan rukun. Seharusnya orang tua perlu memberi pujian saat anak-anak akur bermain sambil memeluk mereka.

👉 Merendahkan diri Sendiri
"Ayo matikan HPnya Kak! Bentar lagi Papa pulang pasti nanti kena marah karena Kakak nggak mau belajar."
Hal ini menunjukkan bahwa sosok papa harus ditakuti. Hanya Papa yang harus didengar, bukan yang lainnya, termasuk mama. Sebaiknya terapkan aturan bermain yang tegas. Ucapkan pada anak, "Kakak main HPnya 30 menit ya" atau "Kakak mau mandi sekarang atau 10 menit lagi?"

👉Mama dan Papa tidak Kompak
Mama melarang anak main HP dan menyuruh mereka segera mandi, namun Papanya di sebelah anak sedang santai main HP dari tadi. Akhirnya setiap Mama memerintahkan sesuatu, si anak akan menjadikan papanya sebagai pembelaan. Sebaiknya orang tua kompak dalam pengasuhan.

👉Campur tangan Pihak Ketiga (Kakek,Nenek, Om atau Tante)
Orang tua sudah kompak dalam pengasuhan, namun ada pihak ketiga yang membela anak. Misal kakek yangtidak tega cucunya dilatih untuk mencuci piring yang dipakai untuk makan tadi. Akhirnya anak akan selalu menghindari tanggung jawab dan tidak disiplin denganberlindung di balik pembelaan kakek.

👉Menakuti Anak
"Ayoo masih aja lari-lari di luar rumah?? Ntar ada hantu kaian dimakan loo!"
atau 
"Mainan ini nggak boleh dibeli sayang, kalau tetep maksa nanti ada polisi kamu ditangkap lo." 
Kebiasaan ini lazim dilakukan hasilnya anak akan berhenti lari-larian atau berhenti merengek minta mainan. Sebagai gantinya kita tanpa sadar menanamkan rasa takut.

👉Ucapan dan Tindakan tidak Sesuai
Anak-anak memiliki ingatan yang sangat tajam akanjanji yang pernah kita ucapkan padanya. Anak-anak juga akan sangat menghargai pada orang tua yang menepati janji. Jadi jangan mengumbar janji pada anak hanya supaya anak mau mandi atau mau belajar, namun tidak sekalipun janji tersebut kita penuhi.

👉Hadiah untuk Perilaku Buruk
Saat di keramaian anak menangis bergulung-gulung minta dibelikan mainan. Berhubung malu dilihat banyak orang akhirnya sambil menahan kesal orang tua berkata pada anaknya "Ya udah ambil satu mainan yang kamu mau, lalu kita pergi dari toko ini!"
Bisa jadi di lain waktu anak akan bertindak lebih heboh lagi untuk mendapat yang diinginkannya. Menghadapi ini sebaiknya orang tua tetap konsisten untuk tidak memenuhi keinginan anak ketika sikapnya buruk.

👉Merasa Bersalah karena Tidak Memberikan yang Terbaik
Orang tua merasa bersalah karena dua-duanya bekerja merasa kekurangan waktu untuk anak-anak. Rasa bersalah ini diwujudkan dengan seringnya memaklumi perilaku buruk anak.

👉Mudah Menyerah dan Pasrah
"Duh anak saya keras kepala sekali, biar sajalah dia melakukan apa yang dia mau, saya nggak sanggup kalau dia sudah ngamuk gini."
Hal ini biaanya terjadi pada orang tua plegmatis dan anaknya keraskarakternya. Sebaiknya orang tua jangan menyerah, tetap bersikap tegas dan konsisten.

👉Marah Berlebihan
Marah dan tegas adalah dua hal yang sangat berbeda. Tegas artinya berkata dan bertindak dengan rasional, sedangkan marah perkataan dan tindakan dilatarbelakangi oleh tingginya emosi. Hindari mengucapkan atau bertindak sesuatu pada anak saat marah. Anak yang sering terkena amarah justru akan sangat sulit diberitahu.

👉Gengsi untuk Menyapa
Saat amarah sudah terlanjur meledak, biasanya orang tua ragu-ragu untuk memulai mencairkan suasana. Sebaiknya kita sebagai orang tua yang memulai dulu untuk berdamai ketika ada tanda-tanda anak menunjukkan sikap akan memenuhi nasihat kita.

👉Memaklumi Hal yang tidak pada Tempatnya
"Anak cowok sih nggak apa-apa kalau sekali-kali berantem."
Awalnya si anak hanya berantem kecil, kelak ketika dewasa dia akan tawuran atau selalu melakukan kekerasan pada orang lain yang tidak sesuai kehendaknya.

👉Menggunakan Istilah yang Tidak Jelas Maksudnya
"Nanti kalau ikut mama jangan nakal/jangan macam-macam."
Kata "jangan nakal" dan "jangan macam-macam" ini memiliki makna sangat abstrak alias tidak jelas maksudnya. Sebaiknya sampaikan dengan jelas keinginan orang tua. 
"Sayang mau ikut mama belanja? Nanti ambil jajan satu saja ya dan tolong yang tenang yaa saat belanja."

👉 Mengharap Perubahan Instan
Apalagi kita sering mmaksakan perubahan pada anak kita dalam waktu singkat tanpa tahapan yang wajar, kemungkinan besar anak akan sulit memenuhinya. Ketika ia gagal dalam memenuhi keinginan kita. ia akan frustasi dan tidak yakin bisa melakukannya lagi. Akibatnya ia memilih untuk melakukan perlawanan seperti banyak membuat alasan, ach tak acuh atau marah-marah pada pihak lain.

👉Pendengar Buruk
Sebagian besar orang tua adalah pendengar yang buruk bagi anak-anaknya. Benarkah? Bila ada suatu masalah yang terjadi pada anak, orang tua lebih suka menyela, langsung menasihati tanpa mau bertanya permasalahannya serta asal usul kejadiannya. Akibatnya anak malah tidak mau bicara dan marah pada kita. Sebaiknya perhatikan setiap ucapannya. Ajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menunjukkan ketertarikan kita akan persoalan yag dihadapinya.

👉 Selalu Menuruti Permintaan Anak
Anak yang selalu dituruti keinginannya seperti raja kecil, semakin hari tuntutannya semakin aneh dan kuat, jika ini sudah enjadi kebiasaan akan sulit sekali membendungnya. Anak yang dididik dengan cara ini akan menjadi anak yang super egois, tidak kenal toleransi dan tidak bisa bersosialisasi. Betapapun sayangnya kita pada anak, jangan pernah memberlakukan pola asuh seperti ini.

👉Terlalu Banyak Larangan
Orang tua jenis ini cenderung ingin menjadikan anak kita seperti apa kita inginkan secara sempurna, kita cenderung membentuk anak kita sesuai dengan keinginan kita. Pada saatnya anak tidak tahan lagi dengan cara kita, iapun akan melakukan perlawanan, baik dengan cara menyakiti diri (jika anak adalah tipe sensitif), dengan perlawanan tersembunyi (jika anak adalah tipe keras) atau dengan perang terbuka (jika anak kita tipe ekspresif keras).

👉Terlalu Cepat Menyimpulkan
Ini adalah gejala lanjutan jika kita sebagai orang tua yang mempunyai kebiasaan menjadi pendengar yang buruk. Kita cenderung memotong pembicaraan pada saat anak kita sedang memberi penjelasan dan segera menentukan kesimpulan akhir yang biasanya cenderung memojokkan anak kita. Anak-anak tak akan mau bercerita lagi pada orang tua dan bisa jadi bertindak negatif seperti yang dituduhkan.

👉Mengungkit Kesalahan Masa Lalu
Kita berharap dengan mengungkit kejadian masa lalu, anak akan belajar dari masalah, namun yang terjadi sebaliknya, ia akan sakit hati dan berusaha mengulangi kesalahannya sebagai tindakan balasan dari sakit hatinya. Sebaiknya tunjukkan empati dan sampaikan 
"Manusia itu tempatnya salah dan lupa, semoga jadi pembelajaran berharga buat kamu" atau "Papa dan mama bangga dengan kamu karena bisa menemukan hikmah positif  dari kejadian ini."
Jika iniyang kita lakukan, maka selanjutnya dia akan lebih mendengar nasihat kita.

👉Suka Membandingkan
Secara psikologis kita sangat tidak suka bila keberadaan kita baik secara fisik atau sifat-sifat kita dibandingkan dengan orang lain. Anehnya kebanyakan orang tua entah kenapa justru sering melakukan hal ini pada anaknya. Misal membandingkan anak yang malas dengan yang rajin.
Sebaiknya catatlah perubahan perilakuk masing-masing anak, jika ingin membandingkan, bandingkanlah dengan perilaku mereka di masa lalu ataupun dengan nilai-nilai ideal yang ingin mereka capai.

👉Paling Benar dan Paling Tahu Segalanya
Contohnya ungkapan orang tua Aaah kamu ini anak bau kencur tau apa soal hidup" atau "Kamu tahu nggak kalau papa dan mamamu ini sudah 

👉Saling Melempar Tanggung Jawab
Pernyataan yang kerap muncul adalah "Kamu emang nggak becus mendidik anak" dan kemudian dibalas "Enak aja kamu bicara begitu, nah kamu sendiri selama ini kemana aja?/"
Sebaiknya hentikan saling menyalahkan. Ambillah tanggung jawab kita selaku orang tua secara berimbang. Keberhasilan pendidikan ada di tangan orang tua. Pendidikan adalah kerjasama tim dan bukan individu.

👉Kakak harus Selalu Mengalah
Anak harus diajari untuk memahami nilai benar dan salah atas perbuatannya terlepas dari apakah dia lebih muda atau lebih tua. Nilai benar dan salah tidak mengenal konteks usia. Benar selalu benar dan salah selalu salah berapapun usia pelakunya.

Berlakulah adil. Ketahuilah informasi secara lengkap sebelum mengambil keputusan. Jelaskan nilai benar dan salah pada masing-masing anak. buat aturan main yang jelas yang mudah dipahami oleh anak-anak anda.

👉Menggunakan Hukuman Fisik
Jika kita terbiasa dengan keadaan ini kita telah mendidiknya menjadi anak yang kejam dan suka menyakiti orang lain serta membangkan secara destruktif. Perhatikan jika mereka bergaul dengan teman sebayanya. Percaya atau tidak anak akan meniru tindakan kita yang suka memukul temannya pada umumna adalah anak yang sering dipukuli di rumahnya.

👉Menunda atau Membatalkan Hukuman
Jika kita sudah mempunyai kesepakatan dan anak menlanggarnya, maka sanksi harus dilaksanakan. Apabila kita kasihan kita bisa mengurangi sanksinya dan usahakan hukumannya jangan bersifat fisik. Hukuman yang bisa diberikan bisa dengan pengurangan bobot kesukaan mereka, misalnya mengurangi jam bermain, jam menonton kartun atau jam bermain video game.

👉Terpancing Emosi
Jika ada keinginannya yang tidak terpenuhi anak seringkali rewel atau merengek,menangis, berguling dan sebagainya dengan tujuan memancing emosi kita yang pada akhirnya kita marah atau malah mengalah. Yang terbaik adalah diam, tidak bicara dan tidak menanggapi. Jangan pedulikan ulah anak kita. Bila anak menangis katakan padanya bahwa tangisannya tidak akan mengubah keputusan kita. Bila anak tidak menangis tapi tetap berulah, kita katakan saja bahwa kita akan mempertimbangkan keputusan kita dengan catatan si anak tidak berulah lagi.

👉Menghukum Anak saat Marah
Saat marah kita cenderung mmberikan hukuman yang seberat-beratnya pada anak. Hal tersebut hanya akan menimbulkan perlawanan baru yang lebih kuat dari anak kita, sementara tujuan pemberian sanksi adalah agar anak memahami perilaku buruknya. Setelah emosi kita reda barulah kita memberikan hukuman yang mendidik dan tepat dengan konteks kesalahan yang diperbuat anak. Ingat bahwa prinsip hukuman adalah untuk mendidik bukan untuk menyakiti.

👉Mengejek
Jika ingin bercanda dengan anak kita, pilihlah materi bercanda yang tidak membuatnya malu atau yang merendahkan dirinya. Akan jauh lebih baik jka seolah-olah kitalah yang jadi badut untuk ditertawakan. Anak kita tetap akan menghormati kita sesudah acara canda selesai. Jagalah batas-batas dan hindari bercanda yang bisa membuat anak kesal apalagi malu. Bagaimana caranya? Lihatlah ekspresi anak kita. Apakah kesal dan meminta kita segera menghentikannya? Bila ya, segeralah hentikan dan jika perlu meminta maaflah.

👉Menyindir
Terkadang karena saking marahnya orang tua sering mengungkapkannya dengan kata-kata singkat yang pedas dengan maksud menyindir, seperti, "Tumben hari ini pulang cepet" atau "Sering-sering aja pulang malem!"
Sebaiknya katakanlah secara langsung apa yang hendak kita ucapkan atau apa yang inginkan dengan kalimat yang tidak menyinggung perasaan, memojokkan bahkan menyakiti hatinya. Katakan saja, "Sayang, papa dan mama khawatir dengan keselamatanmu kalau kamu pulang terlalu malam."

👉Memberikan Julukan yang Buruk
Kebiasaan memberikan julukan yang buruk pada anak bisa mengakibatkan rasa rendah diri, tidak percaya diri atau minder, kebencuan dan juga perlawanan. Ganti julukan buruk dengan yang baik, seperti : anak baik, anak hebat, anak rajin dan sebagainya. Jika tidak bisa menemukannya cukup dengan panggil menggunakan nama kesukaannya.

👉Mengumpan Anak yang Rewel
Pada saat anak marah, merengek atau menangis, meminta sesuatu dengan memaksa, kita biasanya mengalihkan perhatiannya kepada hal atau barang lain. Sebaiknya selesaikan apa yang diinginkan anak kita dengan membicarakannya dan membuat kesepakatan di tempat, jika kita belum sempat membuat kesepakatan di rumah. Katakan secara langsung apa yang kita ingnkan terhadap permintaan anak tersebut, seperti "Saat ini Papa dan Mama belum bisa membelikan mainan yang kamu inginkan sayang. Jika kamu mau mengurangi jajannya dan mau menabung lebih dahulu, baru nanti kita beli mainan itu ya."

👉TV Sebagai Agen Pendidikan Anak
Sebaiknya:
1. Bangun komunikasi dan kedekatan
2. Menggantinya dengan kegiatan di rumah atau di luar rumah yang padat bagi anak-anaknya
3. Jangan sedikana TV di rumah atau ganti dengan acara anak-anak

👉Mengajari Anak untuk Membalas
Hal ini tidak langsung mengajari anak balas dendam, sebab pada saat itu emosi anak sedang sensitif dan apa yang kita ajarkan saat tu akan membekas. Jangan kaget apabila anak kita sering membalas atau membalikkan apa yang kita sampaikan kepadanya. Sebaiknya minta anak menghindari kawan yang suka menyakiti dan sampaikan pada orang tua anak tersebut bahwa anak kita sering memperoleh perlakuan buruk oleh anaknya.

Salam Sayang
Mama Citta Prabu 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bayangan dalam Cermin

Kulihat sesosok yang darinya tak ada yang lebih besar Selain nafsu dan serakahnya Kulihat sesosok yang darinya tak ada yang lebih miskin Selain ilmunya Kulihat sesosok yang darinya tak ada yang lebih tinggi Selain kesombongannya Kulihat sesosok yang darinya tak ada yang lebih ciut Selain nyalinya untuk bangkit Kulihat sesosok yang darinya tak ada yang lebih kuat Selain penjara pikiran akan masa lalu yang melemahkannya Kulihat sosok itu memandangku nanar saat diri ini bercermin *Rizka* 1 Ramadhan 6 Mei 2019  

MENJEMPUT HIDAYAH

  Ini lagi ngomongin diri sendiri Saya pernah merasakan Yaa Allah buka Alquran berat banget. Punya anak satu pernah gabung di grup One Day One Juz (ODOJ). Awal-awal baca lancar sekali dan laporan sehari baca satu juz. Lama-lama imanku kayak roller coaster lagi turun tebing. Akhirnya off ODOJ (jangan ditiru yaaa) Lalu merasa butuh gabung di komunitas yang mendorong baca Alquran. Akhirnya gabung lagi...tapi yang ODALF alias only a half juz a day . Ceritanya masih sama, awal-awal manis banget laporan selalu on time , lama kelamaan ngos-ngosan lagi. Alasan pembenaranku waktu itu karena ada bayi. Si bungsu baru lahir. Mbak Admin ODALFnya baik banget (atau mungkin dia tahu kapasitasku?). Aku ditawari turun kelas. Masuk di grup One Day One Ayat. Alhamdulilah masih bertahan di situ. Dari sini aku memaknai bahwa ibadah itu kudu dipaksa. Kudu ngoyo. Hidayahnya dijemput, bukan diem bae. Bisa dengan gabung di grup-grup yang saling menyemangati. Salam Sayang Coretan Rizka

SEMUA BAIK-BAIK SAJA, KAMU SUDAH MELAKUKAN YANG TERBAIK

PERTANYAAN TEMATIK KELAS TIGA SD Si Sulung seperti biasa selama belajar di rumah saja karena pandemi ini selalu ada jadwal rutin berantem (Ehhh hahaha) belajar sama mamanya. Suatu hari saat menjawab buku tematik, ada satu pertanyaan yang sedikit menggelitik. Apa sikap kita jika ada teman yang bersikap tidak mau bersyukur pada diri sendiri? Jawaban si Sulung adalah menasihatinya yaa Mah, agar selalu bersikap baik dan penuh syukur. Berhubung diriku menyesuaikan jawaban dengan pemahaman si Sulung, maka kuiyakan saja jawabannya. padahal dalam hatiku justru menolak jawaban tersebut.  Ada banyak hal yang menyebabkan seseorang bersikap tidak bersyukur. Pertama bisa jadi orang tersebut adalah kategori orang yang memang tidak pernah bersyukur akan banyak hal dan kedua dia sedang tertimpa musibah yang menyebabkannya berpikir serba pesimis dan tidak percaya diri terhadap dirinya. Apabila kondisinya adalah yang kedua, tentu menasihati bukanlah hal tepat. Kelak Si Sulung akan berada pada usia s...