Langsung ke konten utama

Andai Orang-orang Menyebalkan Menghilang

Pada suatu pagi yang sibuk aku sedang terburu-buru belanja di pasar. Posisiku sudah tepat di belakang pembeli yang sedang dilayani dan setelah itu adalah giliranku. Tiba-tiba seorang ibu menerobos antrianku tanpa merasa bersalah. Ia menyenggol tubuhku dengan keras dan berdiri di tepat di depan penjual yang sedikit bingung. Tubuhku menjadi sangat panas menahan amarah.

Di tempat dan waktu yang berbeda di dalam sebuah bus umum yang sangat penuh sesak dan padat penumpang berjalan ugal-ugalan dari kota tempat tinggalku menuju kota lain tempatku kuliah yang berjarak dua jam. Supir bus yang sepanjang berkendara tak pernah berhenti dengan telepon genggamnya. Hal ini membuatku sangat mengkhawatirkan keselamatanku. Siang yang terik dan keringat membasahi punggungku yang sangat kepanasan karena jaket yang tak mungkin kulepas saking padatnya penumpang yang berjubel. Belum cukup siksaan itu tiba-tiba udara terasa sesak karena asap rokok yang berasal dari kursi di belakangku. Seorang penumpang laki-laki di belakangku dengan penuh rasa tidak berempati asyik menikmati rokoknya sementara anaknya yang masih bayi duduk dalam pangkuan istrinya yang berada di sebelahnya. Aku menoleh dan menegur laki-laki tak berempati itu. Namun ia balik menggertakku dengan ucapan jauh lebih kasar. Anak dan istrinya di sebelahnya dan laki-laki ini mampu menggertak seorang wanita yang asing yang sudah menderita akibat asap rokoknya.

Di suatu sore, seseorang yang cukup dekat dengan kami meminjam mobil. Hanya sebentar untuk mengambil paketnya yang berukuran cukup besar dan tidak muat di motornya. Ia kembali pada malam harinya dan setelah mengucap terimakasih ia cepat-cepat pergi. Keesokan paginya saat mengambil sesuatu di mobil aku baru menyadari bahwa dashboard mobil yang awalnya hanya retak kecil kemudian jadi patah. Patahan dashboard itu hanya direkat dengan asal oleh si peminjam. Bagaimana seseorang bisa dengan entengnya meminjam milik orang lain dan mengembalikannya dalam kondisi rusak tanpa memberi tahu pemiliknya?

Aku selalu berhati-hati dengan banyak hal. Aku berhati-hati saat menunggu antrean dan memastikan tidak merebut antrean seseorang. Aku berhati-hati saat mengambil kursi kosong di sebuah tempat makan. Jika di sebelah kursi kosong tersebut ada seseorang yang sedang duduk bahkan aku bertanya apakah kursi kosong ini ada pemiliknya. Aku berhati-hati untuk tidak melepas jaketku di tengah penumpang yang berjubel karena khawatirku akan mengenai wajah seseorang. Padahal jaket tersebut sangat menyiksaku dan membuat tubuhku kepanasan seperti terbakar. Namun kenapa orang lain seenaknya berbuat sesuatu tanpa berhati-hati dan khawatir dengan akibatnya pada lainnya. Aku selalu berhati-hati saat meminjam milik orang lain.

‘Andai semua orang pergi dan menghilang saja dari hadapanku’

Orang-orang seperti ini membuatku sangat tidak nyaman. Aku merasa terganggu dengan mereka. Hidupku sudah sangat baik-baik saja hingga orang-orang tanpa empati menerobos garis batas yang sudah kubuat. Padahal manusia adalah makhluk sosial yang saling ketergantungan satu sama lain, namun aku merasa orang-orang ini sangat menyebalkan.

Aku jadi berpikir bahwa jangan-jangan ada orang lain yang juga memasukkanku dalam kategori “Andai ia pergi dan menghilang saja dari hadapanku”. Jangan-jangan aku juga telah berbuat sesuatu sangat menyebalkan baginya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bayangan dalam Cermin

Kulihat sesosok yang darinya tak ada yang lebih besar Selain nafsu dan serakahnya Kulihat sesosok yang darinya tak ada yang lebih miskin Selain ilmunya Kulihat sesosok yang darinya tak ada yang lebih tinggi Selain kesombongannya Kulihat sesosok yang darinya tak ada yang lebih ciut Selain nyalinya untuk bangkit Kulihat sesosok yang darinya tak ada yang lebih kuat Selain penjara pikiran akan masa lalu yang melemahkannya Kulihat sosok itu memandangku nanar saat diri ini bercermin *Rizka* 1 Ramadhan 6 Mei 2019  

MENJEMPUT HIDAYAH

  Ini lagi ngomongin diri sendiri Saya pernah merasakan Yaa Allah buka Alquran berat banget. Punya anak satu pernah gabung di grup One Day One Juz (ODOJ). Awal-awal baca lancar sekali dan laporan sehari baca satu juz. Lama-lama imanku kayak roller coaster lagi turun tebing. Akhirnya off ODOJ (jangan ditiru yaaa) Lalu merasa butuh gabung di komunitas yang mendorong baca Alquran. Akhirnya gabung lagi...tapi yang ODALF alias only a half juz a day . Ceritanya masih sama, awal-awal manis banget laporan selalu on time , lama kelamaan ngos-ngosan lagi. Alasan pembenaranku waktu itu karena ada bayi. Si bungsu baru lahir. Mbak Admin ODALFnya baik banget (atau mungkin dia tahu kapasitasku?). Aku ditawari turun kelas. Masuk di grup One Day One Ayat. Alhamdulilah masih bertahan di situ. Dari sini aku memaknai bahwa ibadah itu kudu dipaksa. Kudu ngoyo. Hidayahnya dijemput, bukan diem bae. Bisa dengan gabung di grup-grup yang saling menyemangati. Salam Sayang Coretan Rizka

SEMUA BAIK-BAIK SAJA, KAMU SUDAH MELAKUKAN YANG TERBAIK

PERTANYAAN TEMATIK KELAS TIGA SD Si Sulung seperti biasa selama belajar di rumah saja karena pandemi ini selalu ada jadwal rutin berantem (Ehhh hahaha) belajar sama mamanya. Suatu hari saat menjawab buku tematik, ada satu pertanyaan yang sedikit menggelitik. Apa sikap kita jika ada teman yang bersikap tidak mau bersyukur pada diri sendiri? Jawaban si Sulung adalah menasihatinya yaa Mah, agar selalu bersikap baik dan penuh syukur. Berhubung diriku menyesuaikan jawaban dengan pemahaman si Sulung, maka kuiyakan saja jawabannya. padahal dalam hatiku justru menolak jawaban tersebut.  Ada banyak hal yang menyebabkan seseorang bersikap tidak bersyukur. Pertama bisa jadi orang tersebut adalah kategori orang yang memang tidak pernah bersyukur akan banyak hal dan kedua dia sedang tertimpa musibah yang menyebabkannya berpikir serba pesimis dan tidak percaya diri terhadap dirinya. Apabila kondisinya adalah yang kedua, tentu menasihati bukanlah hal tepat. Kelak Si Sulung akan berada pada usia s...